Rabu, 16 Oktober 2013

Mencari Teladan

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan tragedi memilukan yang  menampar wajah peradilan di negeri ini. Benteng terakhir peradilan di bumi Indonesia ambruk lunglai  karena ulah seorang pemimpin yang korup, menyusul seorang pemimpin daerah yang terlibat KKN, dan rentetan-rentetan peristiwa yang tercipta dari semakin mengakar dan mengumbinya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme. Ibarat pagar makan tanaman, para pemimpin di negeri kita berlomba-lomba untuk mencari keuntungan pribadi dengan mengorbankan integritas sebagai seorang teladan yang harus dilakoninya sebagai seorang yang berada di garis terdepan. Mencari sosok pemimpin yang setia mengemban amanat penderitaan rakyat di negeri ini ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Lalu, ke mana lagi kita mencari figur teladan jika pemimpin-pemimpin tak mampu lagi memberi suri tauladan? 
Di tengah-tengah kegalauan ini muncul sebuah kecenderungan mencari figur teladan dari kaum kelas bawah. Seperti dicontohkan, masyarakat kita dibuat kagum dan berdecak oleh seorang tukang becak yang mampu berangkat menunaikan ibadah haji dengan menyisihkan sedikit dari pendapatannya yang juga sedikit selama puluhan tahun hingga mampu melaksanakan ibadah wajib agamanya. Ada lagi, seorang nenek penjual koran yang mampu melaksanakan kurban dengan menyisihkan keuntungan penjualan korannya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang menjadi hits untuk diperbincangkan.
Maka tidak menutup kemungkinan, akan ada unsur-unsur yang bermain dan memanfaatkan moment tak terduga ini dengan orientasi keuntungan pribadi. Misalnya dengan melakukan trik-trik settingan seperti yang dilakukan oleh selebriti tanah air maupun orang-orang yang terobsesi menjadi figur publik.
Banyak dari kita merasa narsis, hal ini dimungkinkan karena alam bawah sadar kita mengakui bahwa saat ini tak ada figur yang mampu dijadikan teladan dan idola bagi diri pribadi. Sehingga semakin melegalkan tindakan-tindakan narsistis.
Jika direnungkan dengan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar