Senin, 23 September 2013

Bisnis Pendidikan


Bisnis erat kaitannya dengan tujuan keuntungan (profit oriented). Apa jadinya bila pendidikan dijadikan ajang bisnis? Itulah pertanyaan klasik, yang tak harus dijawab karena semua orangpun tahu bahwa praktik bisnis pendidikan di negara ini bukan hal yang menghebohkan lagi. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang sangat dimaklumi.

Beberapa waktu yang lalu, beberapa rekan yang berkecimpung di dunia pendidikan khususnya sebagai guru SD diresahkan dengan adanya peraturan yang mengatur relevansi ijazah yang harus dimiliki dengan pembelajaran yang diampunya. Seorang guru SD harus memiliki ijazah paling tidak Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru SD bla...bla..bla...

Maka, kehebohan inipun dibidik oleh beberapa oknum berotak bisnis yang menawarkan pendidikan instan demi liniernya pendidikan para bethara dan bethari guru. Dengan berbagai macam strategi pemasaran yang membuai, mereka-mereka yang merasa tidak memiliki ijazah linier beramai-ramai mendaftar. Saya jadi termangu, bukankah mereka semua telah bergelar Sarjana Strata 1 Pendidikan (S.Pd)?

Tidak juga berhenti disitu, para pebisnis itupun menawarkan produk berupa sarjana Strata 2 yang juga idem ditto instant  :( how awful , bagi mereka yang ogah kembali dari nol untuk meraih S.Pd SD . :( disgusting
Sejenak, saya berhenti berfikir...karena pemikiran para pialang ijazah tersebut sudah begitu jauh melesat hingga saya tak mampu menganalisa dengan akal sehat...:p what the f**k with my brain or what they do

Aneh sekali, bisnis pendidikan tersebut ternyata digawangi oleh orang-orang yang tahu persis tentang kebijakan-kebijakan pendidikan. Betapa ironis, mereka yang seharusnya mendukung kebijakan justru memperjualbelikan peraturan demi kelangsungan hidup rekening pribadinya. Mereka sudah lebih dulu tahu dengan persis peraturan perundangan atau kebijakan tentang pendidikan, pendidik, maupun tenaga kependidikan, tetapi malah menggunting di dalam lipatan, mengail di air keruh. Lebih menjijikkan lagi merekapun melakukan bully terhadap guru yang tidak memiliki ijazah linier. Sertifikasi dicabutlah, kenaikan tingkat ditundalah, apalah.....

Ketidakteraturan dan penyimpangan di negeri ini benar-benar jauuuhhh melesat dari ambang batas toleransi. Sudah mengalami masa jaman edan, masa di mana salah menjadi benar, benar menjadi salah. Busuk dipuja, jujur dikubur....
:( 

Jika pendidikan bukan lagi dianggap sebagai pencerah dan penyelamat masa depan bangsa, sebagai tolok ukur peradaban suatu bangsa, sebagai indikator kemajuan, sebagai benteng pertahanan bangsa...tetapi hanya onggokan barang yang dijadikan komoditas bisnis, tinggal tunggu waktu peradaban bangsa ini akan hancur.

Masih adakah hati di sana yang mau dan mampu membangunkan generasi hebat yang akan menjadikan bangsa ini sehebat jaman keemasan Majapahit? Kita tunggu jawabannya setelah iklan yang mau lewat....:P


Tidak ada komentar:

Posting Komentar