Senin, 23 September 2013


MAKNA INDAH DARI KELEZATAN KETUPAT

Kuliner legendaris ini seakan-akan menjadi sebuah keniscayaan bagi orang-orang yang merayakan Idul Fitri. Bahkan, yang tidak merayakanpun kebagian rezeki untuk merasakan kelezatan paduan pulen ketupat dan gurihnya opor ayam/ gulai daging...:)

Bagi wong Jawa, yang kental dengan utak-atik mathuknya ketupat memiliki makna yang luar biasa dalam. Ketupat selalu disandingkan dengan lepet, yaitu hidangan dari ketan yang dicampur dengan parutan kelapa dan garam, dibungkus daun pisang, kemudian direbus bersama ketupat dalam satu wadah yang besar. Inilah yang melatar belakangi mengapa keduanya selalu dikaitkan. Ibaratnya two in one, all for one, atau apadah....hehehehe... Ketupat dalam bahasa Jawa KUPAT, dianalogikan AKU LEPAT atau NGAKU LEPAT, yang berarti semua individu pada hari indah itu berebut mengaku memiliki kesalahan atau dosa, sehingga perlu untuk meminta maaf. Dalam setiap perjumpaan dengan sanak saudara, tetangga, maupun siapa saja mereka mengatakan, "Sedaya kalepatan, kula nyuwun pangapunten".

Bayangkan, betapa indahnya jika hidangan ini selalu tersedia di meja makan seluruh manusia Indonesia. Maka dipastikan, tidak ada lagi pemimpin yang adigang,adigung, adiguna yang pantang meminta maaf atas kesalahannya kepada rakyat, tidak ada lagi manusia Indonesia yang egois dan mau menang sendiri, karena masing-masing akan dengan kesatria menyatakan bahwa ia tidaklah sempurna, penuh dengan kekurangan dan kesalahan. Sehingga mengaku salah dan MEMINTA MAAF adalah karakter andalan nan indah yang dimiliki negeri ini. 

Ah, indah nian negeri kita, dari segala yang terhubung dan terkait di dalamnya merupakan sebuah harmoni. Mengapa masih juga ada jiwa-jiwa kotor yang penuh nafsu angkara murka menghapus segala keindahan di dalamnya untuk digantikan dengan budaya dari antah berantah, penuh dengan kekasaran, penghancuran, dan kejahilan. Mari kita resapi, mengenal jati diri tidak harus menunggu datangnya ratu adil, detik inipun hati kita dapat tersentuh, dengan menikmati sepiring ketupat disiram kuah opor ayam nan lezat. Seperti aku yang selalu rindu ketupat dan opor ayam buatan nyokapku...:) 

Bisnis Pendidikan


Bisnis erat kaitannya dengan tujuan keuntungan (profit oriented). Apa jadinya bila pendidikan dijadikan ajang bisnis? Itulah pertanyaan klasik, yang tak harus dijawab karena semua orangpun tahu bahwa praktik bisnis pendidikan di negara ini bukan hal yang menghebohkan lagi. Bahkan sudah menjadi sesuatu yang sangat dimaklumi.

Beberapa waktu yang lalu, beberapa rekan yang berkecimpung di dunia pendidikan khususnya sebagai guru SD diresahkan dengan adanya peraturan yang mengatur relevansi ijazah yang harus dimiliki dengan pembelajaran yang diampunya. Seorang guru SD harus memiliki ijazah paling tidak Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru SD bla...bla..bla...

Maka, kehebohan inipun dibidik oleh beberapa oknum berotak bisnis yang menawarkan pendidikan instan demi liniernya pendidikan para bethara dan bethari guru. Dengan berbagai macam strategi pemasaran yang membuai, mereka-mereka yang merasa tidak memiliki ijazah linier beramai-ramai mendaftar. Saya jadi termangu, bukankah mereka semua telah bergelar Sarjana Strata 1 Pendidikan (S.Pd)?

Tidak juga berhenti disitu, para pebisnis itupun menawarkan produk berupa sarjana Strata 2 yang juga idem ditto instant  :( how awful , bagi mereka yang ogah kembali dari nol untuk meraih S.Pd SD . :( disgusting
Sejenak, saya berhenti berfikir...karena pemikiran para pialang ijazah tersebut sudah begitu jauh melesat hingga saya tak mampu menganalisa dengan akal sehat...:p what the f**k with my brain or what they do

Aneh sekali, bisnis pendidikan tersebut ternyata digawangi oleh orang-orang yang tahu persis tentang kebijakan-kebijakan pendidikan. Betapa ironis, mereka yang seharusnya mendukung kebijakan justru memperjualbelikan peraturan demi kelangsungan hidup rekening pribadinya. Mereka sudah lebih dulu tahu dengan persis peraturan perundangan atau kebijakan tentang pendidikan, pendidik, maupun tenaga kependidikan, tetapi malah menggunting di dalam lipatan, mengail di air keruh. Lebih menjijikkan lagi merekapun melakukan bully terhadap guru yang tidak memiliki ijazah linier. Sertifikasi dicabutlah, kenaikan tingkat ditundalah, apalah.....

Ketidakteraturan dan penyimpangan di negeri ini benar-benar jauuuhhh melesat dari ambang batas toleransi. Sudah mengalami masa jaman edan, masa di mana salah menjadi benar, benar menjadi salah. Busuk dipuja, jujur dikubur....
:( 

Jika pendidikan bukan lagi dianggap sebagai pencerah dan penyelamat masa depan bangsa, sebagai tolok ukur peradaban suatu bangsa, sebagai indikator kemajuan, sebagai benteng pertahanan bangsa...tetapi hanya onggokan barang yang dijadikan komoditas bisnis, tinggal tunggu waktu peradaban bangsa ini akan hancur.

Masih adakah hati di sana yang mau dan mampu membangunkan generasi hebat yang akan menjadikan bangsa ini sehebat jaman keemasan Majapahit? Kita tunggu jawabannya setelah iklan yang mau lewat....:P